Senin, 23 November 2015

Berburu Ramuan Pintar – Deny Wibisono



Judul : Berburu Ramuan Pintar
Penulis : Deny Wibisono
Bahasa : Indonesia
Penerbit : DAR! Mizan
Halaman : 152


Sinopsis:

Bagaimana rasanya menjadi pintar tanpa belajar? Sepertinya, sangat menyenangkan sekali, ya. Kita tidak perlu susah-susah belajar untuk menjadi juara kelas, atau mendapatkan nilai 100 di semua ulangan. Itulah yang dialami Vigo. Nilai ulangannya tidak pernah lebih dari 50. Tentu saja, kedua orangtuanya menjadi sangat kecewa dan kesal.
Sebenarnya, Vigo ingin menjadi pintar, tapi dia sangat malas belajar. Makanya, dia ingin mencari ramuan ajaib yang dapat membuatnya menjadi pintar. Dengan memakai mesin waktu, tibalah dia di masa depan untuk memulai pencariannya. Apakah dia dapat menemukan ramuan ajaibnya? Yuk, kita ikuti kisahnya!

~ <<<>>> ~


“Bapak hanya berpesan jagalah bumi kita. Jika kamu besar nanti, cobalah untuk ikut menghijaukan bumi. Meskipun satu rumah menanam satu pohon, sudah cukup untuk menambah oksigen di bumi kita.” (hal 132)


Vigo sering mendapatkan nilai jelek, dia benci belajar dan yang dipedulikannya hanyalah main game, sampai dia dijuluki bahlul alias bodoh. Padahal temannya Sita dan Nando sering menyemangati Vigo untuk belajar.

Orang tua Vigo memanggil guru les privat agar Vigo mendapatkan nilai bagus dan agar dia bisa naik kelas, tapi karena Vigo malas dan benci belajar akhirnya dia membuat Bu Anez marah dan pergi. Akhirnya ibunya memutuskan mengirim Vigo untuk les di tempat bimbingan belajar, bagi Vigo itu sesuatu yang menyebalkan.

Suatu hari nando mengajak Vigo ke rumahnya. Nando menunjukkan ruangan tempat kerja ayahnya. Ayah Nando adalah seorang dosen dan ilmuwan, di dalam ruang kerjanya ada peralatan elektronik, komputer, tabung-tabung percobaan, piagam dan piala-piala penghargaan. Nando menunjukkan itu semua untuk memotivasi Vigo agar rajin belajar. Dan di dalam ruangan itu ada mesin waktu.

Setelah itu semangat Vigo untuk belajar terpacu tapi itu hanya bersifat sementara, rasa malasnya timbul kembali setelah teringat game terbarunya. Karena rasa malas dan ingin menjadi pintar dengan cara cepat, Vigo nekat memakai mesin waktu ayah Nando, dia yakin bisa menemukan alas instan yang dapat membuatnya menjadi cerdas.

Di masa depan tepatnya di tahun 2029 dia bertemu dengan Rama dan tinggal di rumah Rama. Di masa depan ternyata jauh dari bayangan Vigo, dia harus memakai lotion pada saat keluar di siang hari agar kulit tidak terasa panas. Jakarta hancur terkena tsunami. Dunia semakin hari semakin tidak aman karena ulah manusia, di jaman itu mereka lebih memilih bersenang-senang dan bermalas-malasan saja, mereka tidak begitu peduli dengan belajar.

Ternyata benar ada orang yang berhasil membuat ramuan pembuat pintar. Vigo dan Rama pun memutuskan untuk mencarinya. Berhasilkah Vigo mendapatkan ramuan pintar itu? Apakah Vigo bisa kembali ke rumahnya di masa lalu?

Menjadi pandai itu menyenangkan (hal 132)

Pesan yang bagus dari buku ini, belajar, rajin, pantang menyerah, menghargai sesuatu, apa yang di dapat dari keringat sendiri lebih memuaskan dari pada cara singkat, hargai dan rawatlah bumi ini demi masa depan.

Ada beberapa yang mengganjal bagiku di buku ini, di hal 9 nama guru di sekolah adalah Bu Anez, di hal 15 guru les privat juga namanya Bu Anez, kalau memang gurunya adalah guru yang sama tapi kenapa dia memperkenalkan diri pada saat les privat? Atau memang namanya saja yang sama? :)
Di hal 54 disebutkan Rama dan Vigo sama-sama kelas lima, tapi di hal 74 – 76 Rama kelas IV SD

Aku suka covernya, kartun gituuu… tapi sayang antara gambar di cover sama di dalam buku berbeda… padahal sudah membayangkan karakter yang ada di covernya :)
Secara keseluruhan… buku ini bagus, cocok untuk semua umur :D :D :D apalagi kalau dibaca untuk adik-adik kita, mantabs :)

~ <<<>>> ~

“Sekali waktu, cobalah untuk berubah. Mendapat nilai bagus itu menyenangkan, lho.” (hal 10)

“Dengan belajar, orang menjadi pintar. Memangnya, kamu tidak mau jadi pintar?” (hal 14)

“Kadang, kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan hal yang baik.” (hal 18)

Dengan menjadi pintar, apa pun yang kita inginkan akan lebih mudah didapat. Sederet prestasi dan sederet kebahagiaan akan berada di sisi kita selalu.” (hal 30)

Menjadi malas dan bodoh itu tidak menyenangkan.” (hal 32)

“Sikap kalian tidak sopan berbisik seperti itu. Kalau ada tiga orang, janganlah dua orang saling berbisik!” (hal 100)

Kalau kamu menemukan uang lima ratus atau sekecil apa pun, jangan pernah meremehkannya. Sekecil apa pun nilai uang, kita harus menghargainya. Karena tidak mudah mencarinya. Betul, kan?” (hal 111)

“Pintar sejatinya tidak dengan cara singkat seperti meminum ramuan ini. Saya kini baru memahaminya. Kalian adalah anak-anak rajin dan pantang menyerah. Dengan rajin dan pantang menyerah, kalian pasti akan menjadi pintar!” (hal 122)

Kunci sukses belajar adalah kita harus menikmati belajar itu sendiri. (hal 140)

“Ramuan pintar itu adalah rajin dan pantang menyerah. Ya, itulah ramuan yang harus kita terapkan dalam belajar agar kita menjadi pintar.” (hal 122)

Rasa : Mengalir, sebal, tersadar, mengerutkan kening


Tidak ada komentar:

Posting Komentar