Judul : Ping! A
message from Borneo
Penulis : Riawani
Elyta & Shabrina W.S.
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Belia (PT Bentang
Pustaka)
Halaman : 152
Sinopsis:
Molly, gadis
penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman
bule-nya, untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir
panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir
punah itu. Hitung-hitung sekalian liburan.
Di sela
petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini
berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada
keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap
enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh
pertengkaran.
Mungkinkah sikap
Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit
ayahnya?
Riawani
Elyta dan Shabrina W.S. menulis buku ini tanpa tatap muka langsung. Bahkan,
mereka belum pernah satu kali pun bertemu sebelumnya. Sahabat yang bertemu di
dunia maya ini punya pesan khusus buat kamu, para remaja. Simak kolaborasi
novel dan fabel mereka, ya!
~ <<<>>> ~
“Kita memang
tidak tinggal di masa lalu, tapi ada harta terindah yang kita bawa dari sana,
yang bisa kita ceritakan berulang-ulang sepanjang ruas jalan kita.” (hal 1)
“Berhentilah
menangis, Ping. Tangisanmu tak akan mampu mengembalikan ibumu. Tapi, masih ada
aku, aku akan tetap berada di sisimu, Ping.” (hal 17)
Ping dan ibunya adalah salah satu
keluarga yang selamat dari kebakaran hutan. Suatu hari pada saat Ping dan
ibunya membuat sarang – membuat sarang adalah hal yang paling menyenangkan bagi
Ping – tiba-tiba kesenangan itu rusak oleh suara senapan yang meletus dan
membuat ibu Ping tidak pernah kembali lagi. Setelah kejadia itu Ping hidup
bersama Jong – orang utan kecil yang menyelamatkannya – dan ibu Jong. Ibu Jong
banyak mengajari Ping dan Jong, membuat sarang, mematahkan ranting-ranting dan
mengumpulkan daun-daun. Suatu kejadian terjadi pada mereka. Sekali lagi Ping
direnggut dari keluarganya, dari Jong dan Ibu Jong
“Duka itu bukan
hanya milikmu, Nak, melainkan duka kita, duka semua penghuni hutan,” (hal 18)
Cerita ini dikisahkan dari dua sisi, dari
sisi Molly dan sisi Ping. Kehidupan yang berbeda antara Molly dan Ping, yang
sama adalah mereka sama-sama kehilangan orang yang mereka cintai. Tapi kehilangan
Ping yang paling menyakitkan karena berulang kali dia mengalaminya.
Ada yang agak mengganjal bagiku di
halaman 120 – 121 pada saat Molly di poles wajahnya oleh mamanya, Molly di
pakaikan bedak dulu baru concealer, kalau yang aku tahu concealer dipakai dulu
sebelum bedak :)
Namanya Archi atau Archie ya? Di sinopsis
sama di dalam buku beda, di sinopsis Archi di dalam buku Archie.
Terlepas dari sedikitnya ganjalan :)
bagiku akhir cerita ini memuaskan :) tidak ada kisah cinta mendayu-dayu yang
dipaksakan :) sampul buku ini aku suka, walaupun tidak ada adegan itu
diceritanya, karena Archie dan Molly bertengkar yang membuat mereka tidak bisa
jalan-jalan atau menikmati indahnya Kalimantan berempat.
~ <<<>>> ~
Atau … perputaran waktu sekarang memang
lebih cepat mengubah diri seseorang? (hal 10)
“Kita bisa memilih makanan apa saja yang
kita sukai karena Tuhan menyediakan banyak makanan di hutan ini. (hal 25)
“Justru hal-hal yang kontradiktif membuat
sepasang manusia akan belajar untuk saling melengkapi dan mengerti. Sebaliknya,
punya seseorang yang setipe dan seide denganmu hanya akan bikin hidup terasa
monoton dan menjemukan.” (hal 35)
Sorot matanya menyiratkan kerinduan akan
sesuatu yang pernah ia miliki, tetapi telah jauh meninggalkannya. (hal 60)
Terkadang, sebuah terobosan baru memang
tak akan serta-merta mendapatkan penerimaan dan persetujuan, tak jarang justru
lebih dulu harus berhadapan dengan penolakan dan cibiran. (hal 117)
Jangan pernah menyakiti orang lain kalau
kau juga tak ingin tersakiti. Dan, siapa yang menyakitimu, bisa jadi orang yang
sama sekali tak pernah kau duga. Sebuah peristiwa yang kau harapkan akan
berjalan lancar dan berhasil baik, nyatanya tak semulus yang kau inginkan. (hal
90)
Rasa
: Prihatin, sedih, senang,
mengalir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar