Judul : Tarian
Sunyi
Penulis : Tary
Bahasa : Indonesia
Penerbit : DAR! Mizan
Halaman : 208
Sinopsis:
Apa yang akan dilakukan
gadis ndeso ketika dihadapkan pada
banyak masalah? Apakah ia berusaha menyelesaikannya, lari dari masalah, ataukah
berusaha tegar dan nrimo?
Begitulah yang dialami
Lasmi, kemiskinan yang mengungkungnya, tak membuat ia memupus harapan untuk
terus sekolah. Ia berharap ada tangan-tangan terulur mewujudkan harapannya.
Ketika kesempatan itu
datang , Lasmi gamang. Akankah ia menerima tawaran bersekolah di kota,
sementara ia harus meninggalkan mak di desa?
Kegamangannya terjawab
saat tangan terulur itu justru memaksanya jadi seorang penari. Puncaknya, Lasmi
ditipu seseorang yang berjanji akan menyekolahkannya, tetapi malah menjualnya
pada lelaki hidung belang!
Lasmi melarikan diri.
Namun, ia terjebak arus demonstrasi 1998 di Yogyakarta. Dalam keadaan rusuh,
ada tangan kukuh yang terulur kepadanya. Akankah kali ini Lasmi menerimanya?
~ <<<>>> ~
Berdakwah tentu
tidak sama dengan bermain sulap. Butuh proses panjang jika menginginkan hasil
yang baik di samping kesabaran yang terus-menerus diuji. (hal 90)
Kehidupan Lasmi dan Mbok Warsi di
Randusari sangat tenang, walaupun sehari-hari mereka mengumpulkan daun cengkih
kering untuk biaya hidup dan membakar singkong untuk dimakan, mereka berdua
saling memiliki. Sampai suatu hari Pak Gondo – ayah kandung Lasmi – datang dan
mengajak Lasmi ke kota untuk disekolahkan. Mbok Warsi yang baik dan sangat
peduli terhadap masa depan anaknya mengijinkan Lasmi untuk pergi ke kota Malang
bersama Pak Gondo.
Sesampai di rumah Pak Gondo, Lasmi
bertemu dengan kedua kakaknya Ratri dan Panji, Bu Sulin – ibu tirinya yang
jahat – dan Bi Minah – perempuan tua penyayang yang bekerja di rumah itu –. Enam
bulan berlalu, sekolah yang dulu dijanjikannya belum juga berwujud. Bersama kedua
kakaknya, hari-hari Lasmi adalah hari penuh latihan. Pak Gondo mengharuskan
Lasmi berlatih tari klasik pada seorang guru dan bergabung dalam sanggar
kesenian Gondo Sudarmo. Sanggar milik Pak Gondo sendiri. Di sanalah sekolah
Lasmi yang sesungguhnya.
Di lain pihak Nurani sahabat Lasmi pulang
ke Randusari, dia memakai kerudung dan baju panjang orangnya ramah, lembut,
penuh perhatian, dan menghargai siapa pun. Tapi warga desa menganggap Nurani
aneh bahkan digunjingkan bahwa Nurani kepalanya botak, sedang hamil dan
menganut ajaran sesat. Bahkan pada saat Nurani mengajar ngaji di masjid dia
dilabrak seorang ibu-ibu, dituduh memberikan ajaran sesat kepada anaknya.
Keadaan Randusari sendiri terancam
kemiskinan karena harga cengkih semakin hari semakin merosot.
Lika liku kehidupan Lasmi dan Nurani
tidak hanya sampai disini, masih panjang perjalanan mereka untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati. Akhirnya mereka bertemu dan saling mendukung satu sama
lain, kehadiran Ardi – teman masa kecil mereka – juga membantu tapi juga
menimbulkan riak kecil dalam persahabatan Lasmi dan Nurani.
Yang harus malu
itu yang ndak mau belajar. (hal 82)
Bahasanya enak gampang diikuti :) penggambaran
tentang Randusari sangat jelas. Akhir cerita ini sebenarnya oke, cuman lebih
oke lagi kalau Lasmi, Ardi, Nurani dan Panji tinggal di Randusari dan mereka
bersama membangun Randusari, mengentaskan kemiskinan, meramaikan masjid lagi
seperti waktu Lasmi dan Nurani masih kecil. Membangkitkan Randusari yang sedang
terpuruk. (pengennya sich hehehe…)
~ <<<>>> ~
Kalau Rifah bisa
mengaji lagi, mungkin dada saya akan sejuk setiap mendengarnya.” (hal 81)
“Sesorang akan terus berbohong untuk
menutupi kebohongannya yang pertama”. (hal 134)
“Las, dengan niat baik kita untuk jujur,
aku yakin, semua akan baik-baik saja. (hal 153)
Hidup ini penuh pilihan, Las. Setidaknya,
kamu masih punya waktu untuk memilih yang terbaik dalam hidupmu.” (hal 166)
Semua yang terjadi bukan kesalahanmu. Berhentilah
menyalahkan diri sendiri, Las.” (hal 190)
“Sudah, jangan pikirkan itu lagi. Yang telah
menimpamu itu musibah dan bukan salahmu. Itu ujian dari Allah, Nduk.” (hal 193)
Ibu hanya merestui jika keputusanmu itu
telah melibatkan campur tangan Allah di dalamnya. (hal 198)
“Nduk, setelah ujian yang kamu lalui,
akhirnya Allah memberikan jalan keluar terbaik. (hal 200)
Rasa
: Tersenyum, mengalir,
empati, kagum, terharu
kunjungan pertama.
BalasHapustau link ini dari forum BBI.
semangattt ngeblog Mbak :D
Haaaiii... thanx ya udah mampir :)
HapusAku juga udah mampir di blogmu http://blogbukuhelvry.blogspot.co.id
aku follow by GFC ya :)