Judul : Married to a Bedouin
Penulis : Marguerite
van Geldermalsen
Penerjemah : Satya Pradana
Bahasa : Indonesia
Penerbit
:
|
Ufuk
|
Halaman : 384
Sinopsis:
Marguerite van
Geldermalsen, seorang perawat asal Selandia Baru, melakukan perjalanan ke Timur
Tengah. Di sana, dia bertemu dengan Muhammad Abdallah Othman, seorang penjual
suvenir dari Badui di kota kuno Petra Yordania. Muhammad sangat karismatik dan
baik hati. Marguerite diizinkan tinggal di dalam gua milik Muhammad yang
dipahat dari batu merah di lereng bukit yang berusia dua ribu tahun. Marguerite
menjadi perawat untuk suku Badui yang menghuni tempat bersejarah itu. Dia
belajar untuk hidup seperti suku Badui: memasak dengan api, mengangkut air
dengan keledai, dan meminum teh hitam yang manis. Lalu, apa yang membuat
Marguerite akhirnya rela meninggalkan kehidupan mewahnya di Selandia Baru dan
memilih untuk menetap di sana? Mengapa dia justru merasa menemukan kehidupan
dan cinta sejatinya di tempat yang terpencil ini?
~ <<<>>> ~
Kehidupan Marguerite diantara suku Badui
begitu menyenangkan dan penuh petualangan sungguh menakjubkan *astaga
benar-benar membuatku terhanyut pada saat membacanya
Sebelum Marguerite memutuskan menikah
dengan Muhammad dia sempat kembali ke London setelah 3 minggu dia menyadari
bahwa tidak ada tempat senyaman di Petra, bersama Muhammad.
“Akan tetapi, bagiku tidak ada kata lain
selain keinginanku tinggal bersama seseorang yang luar biasa. Seseorang yang
memulai harinya dengan berdoa kepada Tuhan dan melakukan pekerjaannya dengan
bersemangat. Selain itu, aku tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di dunia.”
*menurutku ini so sweet bangeeet…
Ada beberapa kejadian yang romantis
didalam buku ini, cerita Marguerite tentang Muhammad membuatku terpesona
~ <<<>>> ~
Daerah itu hanya akan menjadi kenangan,
bagaikan debu yang tertiup angin diiringi tenggelamnya matahari. (hal 24 – 25)
Tuhan memiliki caranya sendiri untuk
memperlihatkan kuasanya. (hal 33)
Namun, pernikahan ini juga berarti aku
menjadi sebuah bagian keluarga besar, yang tidak hanya berisi aku dan Muhammad.
(hal 66)
Hal yang paling membahagiakan buatku
adalah akhirnya aku bisa memiliki sepenuhnya orang yang kucintai. (hal 85 – 86)
“Kau menghasilkannya, bukan mencurinya.
Maka, tidak usah takut. Katakan saja hal itu pada mereka.” (hal 121)
“Ketika kau tinggal selama 40 hari dengan
sebuah suku, kau akan menjadi seperti mereka.” (hal 128)
Perjalanan adalah sebuah permainan. (hal
151)
“Apa pun yang akan diberikan Tuhan, kita
akan menyambutnya.”
“Apa pun yang Tuhan akan berikan, kita
akan menyambut keharidarnnya.” (hal 156)
Terkadang,
rumah terasa sangat jauh.
(hal 229)
Walaupun kami cukup menikmati hidup tanpa
tetangga dekat, namun kami tahu kalau kami tidak dapat hidup tanpa orang lain.
(hal 365)
Kami
telah melakukan apa yang kami bisa, sisanya terserah kepada Tuhan. (hal 367)
“Berhati-hatilah dengan apa yang kau
makan.” (hal 373)
Rasa
: Menakjubkan, terpesona, mengalir,
terhanyut, seru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar