Kamis, 30 April 2015

Married to a Bedouin - Marguerite Van Geldermalsen



Judul : Married to a Bedouin
Penulis : Marguerite van Geldermalsen
Penerjemah : Satya Pradana
Bahasa : Indonesia
Penerbit :
Ufuk
Halaman : 384



Sinopsis:

Marguerite van Geldermalsen, seorang perawat asal Selandia Baru, melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Di sana, dia bertemu dengan Muhammad Abdallah Othman, seorang penjual suvenir dari Badui di kota kuno Petra Yordania. Muhammad sangat karismatik dan baik hati. Marguerite diizinkan tinggal di dalam gua milik Muhammad yang dipahat dari batu merah di lereng bukit yang berusia dua ribu tahun. Marguerite menjadi perawat untuk suku Badui yang menghuni tempat bersejarah itu. Dia belajar untuk hidup seperti suku Badui: memasak dengan api, mengangkut air dengan keledai, dan meminum teh hitam yang manis. Lalu, apa yang membuat Marguerite akhirnya rela meninggalkan kehidupan mewahnya di Selandia Baru dan memilih untuk menetap di sana? Mengapa dia justru merasa menemukan kehidupan dan cinta sejatinya di tempat yang terpencil ini?

~ <<<>>> ~

Kehidupan Marguerite diantara suku Badui begitu menyenangkan dan penuh petualangan sungguh menakjubkan *astaga benar-benar membuatku terhanyut pada saat membacanya

Sebelum Marguerite memutuskan menikah dengan Muhammad dia sempat kembali ke London setelah 3 minggu dia menyadari bahwa tidak ada tempat senyaman di Petra, bersama Muhammad.

“Akan tetapi, bagiku tidak ada kata lain selain keinginanku tinggal bersama seseorang yang luar biasa. Seseorang yang memulai harinya dengan berdoa kepada Tuhan dan melakukan pekerjaannya dengan bersemangat. Selain itu, aku tidak peduli dengan apa pun yang terjadi di dunia.” *menurutku ini so sweet bangeeet…

Ada beberapa kejadian yang romantis didalam buku ini, cerita Marguerite tentang Muhammad membuatku terpesona

~ <<<>>> ~

Daerah itu hanya akan menjadi kenangan, bagaikan debu yang tertiup angin diiringi tenggelamnya matahari. (hal 24 – 25)

Tuhan memiliki caranya sendiri untuk memperlihatkan kuasanya. (hal 33)

Namun, pernikahan ini juga berarti aku menjadi sebuah bagian keluarga besar, yang tidak hanya berisi aku dan Muhammad. (hal 66)

Hal yang paling membahagiakan buatku adalah akhirnya aku bisa memiliki sepenuhnya orang yang kucintai. (hal 85 – 86)

“Kau menghasilkannya, bukan mencurinya. Maka, tidak usah takut. Katakan saja hal itu pada mereka.” (hal 121)

“Ketika kau tinggal selama 40 hari dengan sebuah suku, kau akan menjadi seperti mereka.” (hal 128)

Perjalanan adalah sebuah permainan. (hal 151)

“Apa pun yang akan diberikan Tuhan, kita akan menyambutnya.”
“Apa pun yang Tuhan akan berikan, kita akan menyambut keharidarnnya.” (hal 156)

Terkadang, rumah terasa sangat jauh. (hal 229)

Walaupun kami cukup menikmati hidup tanpa tetangga dekat, namun kami tahu kalau kami tidak dapat hidup tanpa orang lain. (hal 365)

Kami telah melakukan apa yang kami bisa, sisanya terserah kepada Tuhan. (hal 367)

“Berhati-hatilah dengan apa yang kau makan.” (hal 373)

Rasa : Menakjubkan, terpesona, mengalir, terhanyut, seru



Tidak ada komentar:

Posting Komentar