Kamis, 31 Desember 2015

Ping! A message from Borneo – Riawani Elyta & Shabrina W.S.



Judul : Ping! A message from Borneo
Penulis : Riawani Elyta & Shabrina W.S.
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Belia (PT Bentang Pustaka)
Halaman : 152


Sinopsis:

Molly, gadis penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman bule-nya, untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir punah itu. Hitung-hitung sekalian liburan.

Di sela petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh pertengkaran.

Mungkinkah sikap Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit ayahnya?


Riawani Elyta dan Shabrina W.S. menulis buku ini tanpa tatap muka langsung. Bahkan, mereka belum pernah satu kali pun bertemu sebelumnya. Sahabat yang bertemu di dunia maya ini punya pesan khusus buat kamu, para remaja. Simak kolaborasi novel dan fabel mereka, ya!

~ <<<>>> ~


“Kita memang tidak tinggal di masa lalu, tapi ada harta terindah yang kita bawa dari sana, yang bisa kita ceritakan berulang-ulang sepanjang ruas jalan kita.” (hal 1)


Molly menerima ajakan Nick untuk pergi ke Kalimantan ke Borneo Orang Utan Survival (BOS). Sesampai di Kalimantan Molly dijemput oleh Archie sahabat kentalnya sewaktu SMA – yang kata Andy dari caranya Archie melihat dan bicara dengan Molly, kelihatan kalau Archie menyukai Molly – Molly, Nick dan Andi tiba di lokasi konservasi orang utan, disana Molly bertemu dengan Karro dan langsung tertarik dengan Karro.

“Berhentilah menangis, Ping. Tangisanmu tak akan mampu mengembalikan ibumu. Tapi, masih ada aku, aku akan tetap berada di sisimu, Ping.” (hal 17)

Ping dan ibunya adalah salah satu keluarga yang selamat dari kebakaran hutan. Suatu hari pada saat Ping dan ibunya membuat sarang – membuat sarang adalah hal yang paling menyenangkan bagi Ping – tiba-tiba kesenangan itu rusak oleh suara senapan yang meletus dan membuat ibu Ping tidak pernah kembali lagi. Setelah kejadia itu Ping hidup bersama Jong – orang utan kecil yang menyelamatkannya – dan ibu Jong. Ibu Jong banyak mengajari Ping dan Jong, membuat sarang, mematahkan ranting-ranting dan mengumpulkan daun-daun. Suatu kejadian terjadi pada mereka. Sekali lagi Ping direnggut dari keluarganya, dari Jong dan Ibu Jong

“Duka itu bukan hanya milikmu, Nak, melainkan duka kita, duka semua penghuni hutan,” (hal 18)

Cerita ini dikisahkan dari dua sisi, dari sisi Molly dan sisi Ping. Kehidupan yang berbeda antara Molly dan Ping, yang sama adalah mereka sama-sama kehilangan orang yang mereka cintai. Tapi kehilangan Ping yang paling menyakitkan karena berulang kali dia mengalaminya.

Ada yang agak mengganjal bagiku di halaman 120 – 121 pada saat Molly di poles wajahnya oleh mamanya, Molly di pakaikan bedak dulu baru concealer, kalau yang aku tahu concealer dipakai dulu sebelum bedak :)
Namanya Archi atau Archie ya? Di sinopsis sama di dalam buku beda, di sinopsis Archi di dalam buku Archie.

Terlepas dari sedikitnya ganjalan :) bagiku akhir cerita ini memuaskan :) tidak ada kisah cinta mendayu-dayu yang dipaksakan :) sampul buku ini aku suka, walaupun tidak ada adegan itu diceritanya, karena Archie dan Molly bertengkar yang membuat mereka tidak bisa jalan-jalan atau menikmati indahnya Kalimantan berempat.

~ <<<>>> ~

Atau … perputaran waktu sekarang memang lebih cepat mengubah diri seseorang? (hal 10)

“Kita bisa memilih makanan apa saja yang kita sukai karena Tuhan menyediakan banyak makanan di hutan ini. (hal 25)

“Justru hal-hal yang kontradiktif membuat sepasang manusia akan belajar untuk saling melengkapi dan mengerti. Sebaliknya, punya seseorang yang setipe dan seide denganmu hanya akan bikin hidup terasa monoton dan menjemukan.” (hal 35)

Sorot matanya menyiratkan kerinduan akan sesuatu yang pernah ia miliki, tetapi telah jauh meninggalkannya. (hal 60)

Terkadang, sebuah terobosan baru memang tak akan serta-merta mendapatkan penerimaan dan persetujuan, tak jarang justru lebih dulu harus berhadapan dengan penolakan dan cibiran. (hal 117)

Jangan pernah menyakiti orang lain kalau kau juga tak ingin tersakiti. Dan, siapa yang menyakitimu, bisa jadi orang yang sama sekali tak pernah kau duga. Sebuah peristiwa yang kau harapkan akan berjalan lancar dan berhasil baik, nyatanya tak semulus yang kau inginkan. (hal 90)


Rasa : Prihatin, sedih, senang, mengalir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar