Kamis, 31 Desember 2015

Tarian Sunyi – Tary




Judul : Tarian Sunyi
Penulis : Tary
Bahasa : Indonesia
Penerbit : DAR! Mizan
Halaman : 208


Sinopsis:

Apa yang akan dilakukan gadis ndeso ketika dihadapkan pada banyak masalah? Apakah ia berusaha menyelesaikannya, lari dari masalah, ataukah berusaha tegar dan nrimo?

Begitulah yang dialami Lasmi, kemiskinan yang mengungkungnya, tak membuat ia memupus harapan untuk terus sekolah. Ia berharap ada tangan-tangan terulur mewujudkan harapannya.

Ketika kesempatan itu datang , Lasmi gamang. Akankah ia menerima tawaran bersekolah di kota, sementara ia harus meninggalkan mak di desa?

Kegamangannya terjawab saat tangan terulur itu justru memaksanya jadi seorang penari. Puncaknya, Lasmi ditipu seseorang yang berjanji akan menyekolahkannya, tetapi malah menjualnya pada lelaki hidung belang!

Lasmi melarikan diri. Namun, ia terjebak arus demonstrasi 1998 di Yogyakarta. Dalam keadaan rusuh, ada tangan kukuh yang terulur kepadanya. Akankah kali ini Lasmi menerimanya?

~ <<<>>> ~


Berdakwah tentu tidak sama dengan bermain sulap. Butuh proses panjang jika menginginkan hasil yang baik di samping kesabaran yang terus-menerus diuji. (hal 90)


Kehidupan Lasmi dan Mbok Warsi di Randusari sangat tenang, walaupun sehari-hari mereka mengumpulkan daun cengkih kering untuk biaya hidup dan membakar singkong untuk dimakan, mereka berdua saling memiliki. Sampai suatu hari Pak Gondo – ayah kandung Lasmi – datang dan mengajak Lasmi ke kota untuk disekolahkan. Mbok Warsi yang baik dan sangat peduli terhadap masa depan anaknya mengijinkan Lasmi untuk pergi ke kota Malang bersama Pak Gondo.

Sesampai di rumah Pak Gondo, Lasmi bertemu dengan kedua kakaknya Ratri dan Panji, Bu Sulin – ibu tirinya yang jahat – dan Bi Minah – perempuan tua penyayang yang bekerja di rumah itu –. Enam bulan berlalu, sekolah yang dulu dijanjikannya belum juga berwujud. Bersama kedua kakaknya, hari-hari Lasmi adalah hari penuh latihan. Pak Gondo mengharuskan Lasmi berlatih tari klasik pada seorang guru dan bergabung dalam sanggar kesenian Gondo Sudarmo. Sanggar milik Pak Gondo sendiri. Di sanalah sekolah Lasmi yang sesungguhnya.

Di lain pihak Nurani sahabat Lasmi pulang ke Randusari, dia memakai kerudung dan baju panjang orangnya ramah, lembut, penuh perhatian, dan menghargai siapa pun. Tapi warga desa menganggap Nurani aneh bahkan digunjingkan bahwa Nurani kepalanya botak, sedang hamil dan menganut ajaran sesat. Bahkan pada saat Nurani mengajar ngaji di masjid dia dilabrak seorang ibu-ibu, dituduh memberikan ajaran sesat kepada anaknya.
Keadaan Randusari sendiri terancam kemiskinan karena harga cengkih semakin hari semakin merosot.

Lika liku kehidupan Lasmi dan Nurani tidak hanya sampai disini, masih panjang perjalanan mereka untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Akhirnya mereka bertemu dan saling mendukung satu sama lain, kehadiran Ardi – teman masa kecil mereka – juga membantu tapi juga menimbulkan riak kecil dalam persahabatan Lasmi dan Nurani.
 
Yang harus malu itu yang ndak mau belajar. (hal 82)

Bahasanya enak gampang diikuti :) penggambaran tentang Randusari sangat jelas. Akhir cerita ini sebenarnya oke, cuman lebih oke lagi kalau Lasmi, Ardi, Nurani dan Panji tinggal di Randusari dan mereka bersama membangun Randusari, mengentaskan kemiskinan, meramaikan masjid lagi seperti waktu Lasmi dan Nurani masih kecil. Membangkitkan Randusari yang sedang terpuruk. (pengennya sich hehehe…)

~ <<<>>> ~

Kalau Rifah bisa mengaji lagi, mungkin dada saya akan sejuk setiap mendengarnya.” (hal 81)

“Sesorang akan terus berbohong untuk menutupi kebohongannya yang pertama”. (hal 134)

“Las, dengan niat baik kita untuk jujur, aku yakin, semua akan baik-baik saja. (hal 153)

Hidup ini penuh pilihan, Las. Setidaknya, kamu masih punya waktu untuk memilih yang terbaik dalam hidupmu.” (hal 166)

Semua yang terjadi bukan kesalahanmu. Berhentilah menyalahkan diri sendiri, Las.” (hal 190)

“Sudah, jangan pikirkan itu lagi. Yang telah menimpamu itu musibah dan bukan salahmu. Itu ujian dari Allah, Nduk.” (hal 193)

Ibu hanya merestui jika keputusanmu itu telah melibatkan campur tangan Allah di dalamnya. (hal 198)

“Nduk, setelah ujian yang kamu lalui, akhirnya Allah memberikan jalan keluar terbaik.  (hal 200)


Rasa : Tersenyum, mengalir, empati, kagum, terharu


2 komentar:

  1. kunjungan pertama.

    tau link ini dari forum BBI.

    semangattt ngeblog Mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haaaiii... thanx ya udah mampir :)
      Aku juga udah mampir di blogmu http://blogbukuhelvry.blogspot.co.id
      aku follow by GFC ya :)

      Hapus